Selasa, 17 Januari 2017

Hari Raya Waisak

1. Pendahuluan
            Pada zaman modern yang sudah berkembang ini, orang-orang memiliki suatu kepercayaan atau Agama. Setiap agama yang bermacam-macam di dunia ini pasti memiliki hari raya tersendiri. Ada beberapa hari raya yang terdapat di dalam agama-agama di Indonesia, diantaranya adalah; Natal (Kristen Protestan dan Khatolik), Idul Fitri (Islam), Nyepi (Hindu), Waisak (Budha). Setiap hari raya yang dimiliki agama-agama, mempunyai cara tersendiri dalam melakukannya atau proses perayaannya. Hari raya ini diperingati setiap satu kali dalam setahun sesuai dengan hubungan mereka kepada Tuhannya dan iman kepercayaannya.
            Kelompok kami akanmembahastentangharirayaWaisak. Hari Raya Waisak sendiri dikalangan umat Buddha sering disebut dengan hari raya Trisuci Waisak. Padaumumnyadi hari waisak,para umat Buddha merayakannya dengan pergi ke vihara dan melakukan ritual. Waisak sebagai sebuah hari raya agama Budha dapat memberikan dampak yang positif kepada setiap orang.
Agama Budhamengajarkanbahwamanusiatidakdapatmencariarti spiritual padahari-hariraya.MakadariituumatBudhatidakterlalumenilaihari-harirayaitu.Hal yang paling pentingadalahsikapbatindarimereka yang merayakannya.Tiap orang akan punya pandangan yang berbeda, atau bisa jadi sama mengenai Waisak ini.Olehkarenaitukelompok kami di dalamsajianiniakanmembahasdanmemaparkantentangsuatupemahaman yang lebihdalamlagidariWaisak.Sajianinidiharapkanbisamenambahinformasikepadapembaca agar lebihmemahamidanmenghormatiharirayawaisakinisepertiharirayadalam agama kitamasing-masing.




2. Isi
2. 1. Latar Belakang
                Agama Budha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agamaBrahmanisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya Siddharta Gautama. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia.
            Di dalam BudhaTerdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak. Hari Raya Waisak ini merupakan salah satu hari raya umat Buddha yang dikenal dan telah menjadi hari libur nasional di Indonesia setiap tahunnya. Buddha mengajarkan bahwa manusia jangan mencari arti spiritual pada hari-hari raya. Oleh karena itu, umat Buddha tidak terlalu menilai hari-hari raya itu. Hal yang paling penting dalam pengamalan spiritual individu terhadap yang dipercayainya itu, sikap atau perbuatan menurut mereka adalah sikap batin mereka yang merayakannya.[1]Pendiri agama Budha adalah Siddharta Gautama, dia adalah anak dari seorang raja Suddhodana yang memerintah atas suku Sakya. Ibunya bernama Maya. Dia lahir pada tangal 15 bulan lunar pada tahun 563 sM.
            Kisah ini dimulai tentang sebuah kelahiran di bulan Waisak tahun 623 SM, tentang bayi agung dari kerajaan Kapilavastu, tentang bunga teratai yang tumbuh diatas kaki sang bayi. Pada waktu di Kapilavastu Gautama diadakan perayaan musim panas, permaisuri Maya bermimpi, bahwa beliau diangkat dan dibawa ke gunung Himalaya. Sesudah beliau dimandikan serta kepadanya dikenakan pakaian sorgawi, datanglah sang Budha, seperti seekor Gajah putih, dengan membawa bunga teratai putih pada belalainya. Sesudah gajah itu berputar-putar mengitari sang permaisuri hingga 3 kali, masuklah ia ke dalam kandungan Maya melalui pinggang sebelah kanan. Menurut ramalan para Brahmana, hal itu berarti bahwa sang permaisuri akan melahirkan.
            Pada saat Budha lahir, terjadilah berbagai gejala alam. Dikatakan tentang Budha sendiri bahwa ia lahir di dunia dengan penuh kesadaran. Ia segera pergi mendapatkan setangkai bunga teratai yang tumbuh ditempat kelahirannya itu dan memandangi seluruh alam semesta.[2]Tetapi permaisuri Maya wafat ketika seorang bayi berumur seminggu. Bayi itu diberi nama Siddharta Gautama.
            Pada waktu hidupnya sebagai putra raja, Siddharta dilimpahi oleh kesenangan dan kemewahan yang tiada taranya. Hal ini dilakukan ayahnya  kepadanya supaya dia jauh dari pemikiran menjadi pemimpin agama. Siddharta ingin meninggalkan kehidupan yang penuh kemewahan dan menjadi seorang petapa.[3] Sang pangeran Sidharta telah menjadi Buddha. Sang Buddha kemudian membabarkan Dharma yang luhur kepada semua makhluk, selama 45 tahun memutar roda dharma, membangkitkan kesadaran spiritual dan membuka sabut kegelapan yang selama ini mencengkram menutupi alam semesta.
            Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa, yaitu:  Hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), Hari Pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan Hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana atau Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.
2. 2. Pengertian
            WaisakatauWaisaka (Pali; Sanskrit: Vaiśākha) merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta. Di beberapa tempat disebut juga sebagai "Hari Buddha".Budha berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata Budha yang artinya adalah bangun atau mengetahui. Istilah kata Buddha dapat diartikan dengan ia yang mengetahui atau  ia yang membangun.[4]
            Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
  1. Kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
  2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
  3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
            Kelahiran , pencerahan, dan kematian Buddha dipercayai bahwa semuanya terjadi pada hari yang sama dalam Bulan Wesak (Mei sanpai Juni). Oleh sebab itu umat buddha merayakan peristiwa ini pada hari Wesak.
            Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Waisak diperingati setiap Bulan penuh Taurus pertama, bulan Mei (tahun biasa), atau bulan Juni (tahun Kabisat). Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei dan dilaksanakan dengan beberapa kegiatan yaitu: Meditasi, mempraktikkan delapan sila, berdana, "memandikan" rupang bayi Pangeran Siddhartha. Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno.
            Tanggal dan makna setiap hari raya umat Buddha tergantung pada tradisi dan kebudayaan masing-masing negara. Banyak hari raya untuk merayakan kehidupan pengajaran, dan pencerahan Buddha. Hari raya lainya digunakan untuk merayakan para Boddhisattva, guru-guru penting atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sejarah umat Buddha. Sering kali di samping hari-hari raya umat Buddha ini ada hari-hari nasional yang merayakan peristiwa yang berkaitan dengan pertanian.
            Trisuci Waisak merupakan sumber renungan yang tiada habisnya bagi umat Buddha (pencari hakiki kebahagiaan). Waisak menjanjikan manusia bahwa kita semua bisa mengatasi roda tumimbal lahir untuk meraih sebuah kebahagian tertinggi, kehidupan manusia ada senang dan ada susah semua itu bersumber dari perbuatan sendiri. Dalam tradisi Buddhis Mahayana, hari ini berasal dari nama bahasa Sanskerta.
Waisak juga dikenal dengan :
            Hari Waisak juga dipercayai sebagai waktu ketika Buddha memberikan pengajaran tentang Dharma pertama dan hari itu ditandai dengan perayaan yang penuh kegembiraan di banyak negara Buddha. Banyak umat Buddha saling mengirimkan kartu Wesak, yang dihiasi dengan bunga teratai sebagai lambang kesucian, atau gambar kelahiran, pencerahan, atau kematian Buddha, atau mungkin juga pohon Budha.[5]
Untuk merayakan Trisuci Waisak, biasanya umat Budha berkumpul dengan menyelenggarakan upacara-upacara ritual di vihara-vihara. Acara sembahyang terdiri atas prosesi mengelilingi tempat atau vihara (pradaksina), pembacaan doa (paritarna, atau sutra), perenungan kehidupan Budha. Bagi umat Budha, hari Trisuci Waisak sebenarnya bukan sekedar ingatan historis tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk mengingatkan perlu dan terbukanya kemungkinan bagi setiap umat manusia mencapai penerangan sempurna, dan dengan demikian membebaskan dirinya dari belenggu penderitaan yang mengikatnya dalam penderitaan.[6]
2. 3. Menurut Sumber Lain
 2. 3. 1. Rejono, S.E, S.Ag[7](Departemen Agamakhusus Buddha Bagian Kota P. Siantar)
a.Pemahaman Budha
Bahasa yang digunakan oleh agama budha kami adalah bahasa sansekerta, merupakan kebaktian yang mengulangi Khotbah dari sang dewa Buddha. Kebaktian Buddha biasanya menggunakan patung yang memiliki fungsi sebagai suatu kebiasaan dari umat agama Buddha dan simbol sebagai pemujaan kepada dewa, serta menghormati kepada Buddha.Bentuk Buddha di Vihara ini cenderung mengikuti aliran Hailand.
Jenis ibadah Buddha yang membakar kertas hanyalah sebuah budaya, bukan dari agama Buddha sendiri. Ibadah yang dilakukan menggunakan perlengkapan dan makna tersendiri, diantaranya:
·         KayuCendana
·         Dupa  : Melambangkan usia manusia yang semakin hari semakin pendek untuk mengingatkan agar berbuat baik
·         Pelita  : Melambangkan penerangan hati di batin
·         Air       : Mengingatkan untuk rendah hati
·         Bunga            : Melambangkan tidak ada manusia yang kekal

Ajaran Budhis sudah berkembang lebih dahulu. Hindu dan Budhis sangat berbeda. Budhis dibawah tuntunan Ajisaha (india). Di Nusa kambangan abad 3-4 berkembanglah Sriwijaya (Mataram Kuno), kemudian Majapahit masuk dan hilanglah kembali Budhis hilang di budaya wilayah ini karena adanya ajaran muslim. Orang-orang Tiong-hoa ingin membuat Budhis berkembang kembali sampai abad 60-an. Ada seorang Tiong-hoa yang tertarik dengan pemikiran Budhis dari Thailand, dia pelajar Indonesia, dan mempelajari Budhis di Myanmar (tempat dia di Tahbiskan menjadi Bikhu), dan dari situlah berkembangnya awalnya Budhis di Indonesia. Perkembangan Buddha di Sumatera Utara tidak terlepas dari jasa Bikhu Mahatera. Dia bikhu yang dulunya keliling Sumut untuk menyebarkan Buddha Dharma. Tetapi pemerintah membatasi aktifitas yang dilakukan masyarakat Tiong-hoa, karena Budhis adalah ajaran berhala di Sumut. Di Sumatera Utara sendiri terdapat 7 Bikhu dengannama organisasi “Dharma Duta Missionaris”.

b. PemahamanWaisak
Waisak merupakan salah satu dari 5 hari besar dari agama Budha. Empat yang lainnya adalah Katina, Asada, Maya Puja dan Meta. Waisak berasal dari kata “Vesak” yang artinya “nama bulan”. Hari raya Waisak ini merupakan hari raya yang memperingati 3 peristiwa penting dalam Budha Utama:
·         Lahirnya Beliau
·         Pencapaian Budha
·         Wafat Beliau
Tiga peristiwa ini terjadi pada bukan yang sama (waisak) yaitupada bulan purnama. Dasar-dasar itulah untuk memperingatiperistiwa-peristiwa adanya waisak.Dalam memperingati hari raya waisak, mereka merenungkan apa yang dilakukan Buddha Purnama tadi tetapi hubungan batin mereka kepadanya.
Hari raya Waisak keberadaannya masih dibawah hari raya imlek, karena hari raya waisak masih minoritas yang merayakannya. Tetapi walaupun hari raya waisak minoritas masih tetap bertahan. Waisak lebih minoritas dari hari raya lain dikarenakan adanya faktor ekonomi yang cukup rendah. Meskipun demikian mereka berusaha untuk meningkatkannya, dengancarasebagaiberikut:
·         Memberikan binaan
·         Melakukan koordinasi dengan majelis-majelis Vihara P. Siantar, maka para pengurus ini akan memberikan pemahaman kepada umatnya.
·         Membentuk wadah dengan cara mengadakan WAYUBI (Persekutuan Umat Buddha Indonesia)
·         Menampung aspirasi umat Budhis di Siantar.
·         Memberikan pemahaman
·         Kerja sama dengan para sangha (pengawal dharma atau pembimbing umat).
·         Konsultasi dengan pemerintah kota dalam penyaluran dana untuk pembinaan aktivitas.
c.Ciri-Ciri Waisak
* Merayakannya dengan menggambarkan model elektrik.
*Patung-patung untuk hiasan melambangkan fungsikehidupan manusia.
*Waisak juga dilakukan dengan ciri bersilaturahmi atau datang bertemu sesama umat.
2. 3. 2.PanditaSuwardiSatiawera[8]
a. PengertianWaisak
            Waisakmerupakantigaperistiwaataspribadi sang budhasiddhartaGautama, dimanaharirayawaisakinimengenangtentangkelahiran sang Buddha, Pencapaiankesempurnaan Buddha, danWafatnya Buddha. SebenarnyaintidariperayaanbulanwaisakinipadabulanmeisesuaidenganpenanggalanlunerataubulanBudha (bahasasansekerta) waisakitutanggal 15 saatbulanpurnamabercahayayaitubulan 4. Waisakini yang diketahuiadalahberbedatahuntapiterletak di tanggaldanbulan yang sama. DenganinilahBudhamembuktikanbahwadiabukanlahbudha yang biasa.Harirayaini yang diambildarikehidupanBudhadapatdisebutjugadengan “tri suci”. Sang Budhasendirimeninggalpadausia 80 tahun.
            Dari limaharirayabesar yang terdapatpada agama Budha, harirayawaisaklah yang mendudukiurutanpertamadalampelaksanaannya, karenaumatBudhaharusmematuhiwaisakterlebihdahulusebagaicerminanharipribadiBudhadanharirayakebesaran agama Budhasehinggadiutamakan.



b. TujuandanFungsiWaisak
DalampelaksanaanharirayaWaisak, umatBudhamemilikitujuandalammerayakannya.Tujuandanfungsidalampelaksanaanwaisakterbagimenjaditigamenurut“tri suci” Budha, diantaranya;
1. Kelahiran
·         MerujukpadaKelahiransidhartagautama. Dimanasejarahnyadiamemiliki orang tua yang merupakanseorang raja. Saatituibundanyatidakmemilikiketurunandansuatusaatibunyabermimpiseekorgajah yang memilikiempatgadingmasukkeperutnya. Artinyaibusidharta Gautama akansegeramengandung.Dalamtradisi India kunobayiharuskembalikepihakperempuan, danketikaibunyainginpulangkerumahnyasaatinginmelahirkan, diamelewatihutan yang disekitarnyaterdapat 7 kelopakbungaterataidanibunyaitumelahirkannyadalamposisiberdiridandiaberkatabahwainilahkelahiranpertamadanterakhirbaginya.
·         Mengingatkanmanusia yang telahdatangpenuhdengandosa yang perludibersihkandenganhujan. Olehkarenaituselaludiadakanprosesipemandianhujan.
·         MengharuskanumatBudhauntukmenyucikandiriataukesucian.
·         Memohonhikmat yang diambildariBudha.
2. MencapaiKesucian
·         MengingatkanakankegigihandankekuatanBudha. Sehinggamanusia yang merayakanwaisakakanmendapatkekuatan. Kekuatan yang dilakukan sang Budhaadalahmenahanlaparselama 6 tahundandiatidakmati demi mencapaikesempurnaan.
·         Mendapatkeajaiban yang dikenangdariperjuangan sang Budhaitusendiri.
·         Agar mendapatbisikandariBudhauntukmendapatkekuatan
·         Mengingatkan agar tidakmenjadi orang yang berfoya-foyadanmenyiksadirisendiri, sehinggamanusiasadardanberubahdiri.
·         MenemukanpribadiBudha. Agar hidupumatnyaditempuhdengantidakmenyiksa, tidakmelakukankepuasaannafsu, danhidupsederhana.
3. Wafatnya sang Budha
·         Agar menjadiumat yang penuhpengabdiandanberkaryabagiseluruhmanusia.
·         Supayatidaksombongkarenahidupinihanyasementara.
·         Memilikipemahamanbahwahidupinitidakkekal, namunhanyabersifatsementara.
·         Berbuatsebaik-baiknya yang didasaridengankemuliaanketikadilakukandengankasihdankearifansejati.
      UmatBudhadalammelaksanakanwaisakharusmengikutiprosesipemandianBudha, danmenggunakan symbol cahaya, sertadilengkapidenganpembacaandoa-doa.Simbol-simbol yang digunakansebagianmelambangkansuatukelimpahan.
3. Perkembangan Waisak
            Masuknya agama Budha ke Indonesia diperkirakan pada tahun 68 M oleh Ajisakan melalui Laut Selatan ke pulau Majeti di sekitar Nusa Kambangan lalu meluas hingga ke daerah Kedo Utara dan Pegunungan Dieng.[9] Waisak didalam agama Budha yang hidup dan berkembang memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Waisak sendiri menekankan kesalehan hidup sehingga umat Budha lebih memilih hidup rukun ditengah-tengah masyarakat.
            Perayaan Hari Waisak di Indonesia mengikuti keputusan WFB. Secara tradisional dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.Suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu atau bhiksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari. Selain itu juga dilakukan pula pradaksina, pawai, serta acara kesenian.
            Ajaran tentang Budha menekankan bagaimana umat Budha memandang sang Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha, namun pada perkembangan selanjutnya ajaran tentang Buddha ini berkaitan pula dengan masalah ketuhanan yang menjadi salah satu ciri ajaran tiap-tiap agama.[10]Sekalipun pada awal mula munculnya agama Budha tidak pernah membicarakan tentang masalah ketuhanan sebagai inti dari ajaran agama Buddha, pada akhirnya ajaran  Buddha ditujukan kepada Yang Maha Kuasa.[11]
4. Tanggapan Kelompok
      Sesuai dengan penjelasan yang ada diatas, maka tanggapan yang diberikan kelompok kami adalah Waisak mengajarkan bahwa jika kita ingin mencapai kebahagian tertinggi, kita harus memulai dari pencerahan. Kita harus membuat batin kita menjadi kaya, batin yang mau memberi dan menerima serta menyatu dalam Pencerahan Waisak. Waisak sendiri tidak membuat umat Budha menjadi fanatik terhadap hari raya tiap-tiap agama.
      Dengan membaca konsep ke-Tuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang menggabungkan konsep ke-Tuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep ke-Tuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.

5. Kesimpulan
            Pada  awalnya hari raya waisak ini adalah hari raya dimana para umat Budha memperingati kelahiran sidharta (sang Budha),  Pencapaian penerangan sempurna, sampai wafatnya.
            Dalam merayakan Trisuci Waisak, biasanya umat Budha berkumpul dengan menyelenggarakan upacara-upacara ritual di vihara. Acara sembahyangnya terdiri atas prosesi mengelilingi tempat atau vihara, pembacaan doa, perenungan kehidupan Budha.Bagi umat Budha, hari Trisuci Waisak digunakan untuk mengingatkan perlu dan terbukanya kemungkinan bagi setiap umat manusia mencapai penerangan sempurna, dan dengan demikian membebaskan dirinya dari belenggu penderitaan yang mengikatnya dalam penderitaan.
            Ajaran tentang Budha menekankan bagaimana umat Budha memandang sang Budha Gautama sebagai pendiri agama Budha, namun pada perkembangan yang selanjutnya ajaran tentang Budha ini berkaitan pula dengan masalah ketuhanan, yang menjadi salah satu ciri ajaran tiap-tiap agama.


[1]Lih.Mikhael Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta 2006: hlm. 8.(selanjutnyadisingkat Agama Dunia)
[2]Lih. A. G. Honig Jr, Ilmu Agama, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005: hlm. 170.
[3]Lih.Harun Hadiwijoyo, Agama Hindu dan Budha, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 64-65.
[4]Lih.Smith Huston, Agama-agama Manusia, BPK Gunung Mulia, Jakarta 198: hlm. 106.
[5]Lih.Keene, Agama Duniahlm. 82-83.
[6]Lih.Nyoman S. Pandit, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Adi Pusaka, Jakarta 1990: hlm. 217.
[7]Lih.Rejono, Wawancara di Vihara Samiddha Bhagya, P. Siantar, 04 Maret 2012. Pukul 10.00-13.00 WIB.
[8]Lih.Suwardi, Wawancara di Vihara Budha Maitreya, P. Siantar, 07 Maret 2013, Pukul 19.00-21.30 WIB.
[9]Lih.Syahrin Harahap, Sejarah Agama-agama: Sejarah, Ajaran dan Perkembangan, PT Pustaka Widyasarana, Medan 199: hlm. 158.
[10]Lih.Mukti Ali, Agama Dunia, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 1988: hlm. 102.
[11]Lih.Djam Annuri (editor), Agama Kita, LEFI, Yogyakarta 2002: hlm. 66.

Tidak ada komentar: