1. Pendahuluan
Pada
zaman modern yang sudah
berkembang
ini, orang-orang memiliki
suatu kepercayaan atau Agama. Setiap agama yang bermacam-macam di dunia
ini pasti memiliki hari raya tersendiri. Ada beberapa hari raya yang terdapat di dalam agama-agama di Indonesia,
diantaranya adalah; Natal (Kristen Protestan dan Khatolik), Idul Fitri (Islam), Nyepi (Hindu), Waisak (Budha).
Setiap hari raya yang dimiliki agama-agama, mempunyai
cara tersendiri dalam melakukannya atau proses perayaannya. Hari raya ini diperingati setiap satu kali dalam setahun sesuai dengan hubungan mereka kepada Tuhannya dan iman kepercayaannya.
Kelompok
kami akanmembahastentangharirayaWaisak. Hari Raya Waisak sendiri
dikalangan umat Buddha sering disebut dengan hari raya Trisuci Waisak. Padaumumnyadi hari waisak,para umat Buddha merayakannya dengan pergi
ke vihara dan melakukan
ritual.
Waisak sebagai sebuah hari raya agama Budha dapat memberikan dampak yang positif kepada setiap orang.
Agama
Budhamengajarkanbahwamanusiatidakdapatmencariarti spiritual
padahari-hariraya.MakadariituumatBudhatidakterlalumenilaihari-harirayaitu.Hal
yang paling pentingadalahsikapbatindarimereka yang merayakannya.Tiap
orang akan punya pandangan yang berbeda, atau bisa jadi sama mengenai Waisak ini.Olehkarenaitukelompok kami di
dalamsajianiniakanmembahasdanmemaparkantentangsuatupemahaman yang
lebihdalamlagidariWaisak.Sajianinidiharapkanbisamenambahinformasikepadapembaca
agar lebihmemahamidanmenghormatiharirayawaisakinisepertiharirayadalam agama
kitamasing-masing.
2. Isi
2. 1. Latar
Belakang
Agama Budha
lahir di negara India,
lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agamaBrahmanisme. Sejarah agama
Buddha mulai dari abad ke-6 SM
sampai sekarang dari lahirnya Siddharta Gautama. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir
seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia.
Di dalam BudhaTerdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha.
Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak. Hari Raya Waisak
ini merupakan salah satu hari raya umat Buddha yang dikenal dan telah menjadi hari libur nasional
di Indonesia setiap tahunnya. Buddha mengajarkan bahwa
manusia jangan mencari arti spiritual pada hari-hari raya. Oleh karena itu,
umat Buddha tidak terlalu menilai hari-hari raya itu. Hal yang paling penting
dalam pengamalan spiritual individu terhadap yang dipercayainya itu, sikap atau
perbuatan menurut mereka adalah sikap batin mereka yang merayakannya.[1]Pendiri
agama Budha adalah Siddharta Gautama, dia adalah anak dari seorang raja
Suddhodana yang memerintah atas suku Sakya. Ibunya bernama Maya. Dia lahir pada
tangal 15 bulan lunar pada tahun 563 sM.
Kisah ini dimulai tentang sebuah
kelahiran di bulan Waisak tahun 623 SM, tentang bayi agung dari kerajaan
Kapilavastu, tentang bunga teratai yang tumbuh diatas kaki sang bayi. Pada
waktu di Kapilavastu
Gautama diadakan perayaan musim panas, permaisuri Maya bermimpi, bahwa beliau
diangkat dan dibawa ke gunung Himalaya. Sesudah beliau dimandikan serta
kepadanya dikenakan pakaian sorgawi, datanglah sang Budha, seperti seekor Gajah
putih, dengan membawa bunga teratai putih pada belalainya. Sesudah gajah itu
berputar-putar mengitari sang permaisuri hingga 3 kali, masuklah ia ke dalam
kandungan Maya melalui pinggang sebelah kanan. Menurut ramalan para Brahmana, hal
itu berarti bahwa sang permaisuri akan melahirkan.
Pada saat Budha lahir, terjadilah
berbagai gejala alam. Dikatakan tentang Budha sendiri bahwa ia lahir di dunia
dengan penuh kesadaran. Ia segera pergi mendapatkan setangkai bunga teratai
yang tumbuh ditempat kelahirannya itu dan memandangi seluruh alam semesta.[2]Tetapi permaisuri Maya
wafat ketika seorang bayi berumur seminggu. Bayi itu diberi nama Siddharta
Gautama.
Pada waktu hidupnya sebagai putra
raja, Siddharta dilimpahi oleh kesenangan dan kemewahan yang tiada taranya. Hal
ini dilakukan ayahnya kepadanya supaya
dia jauh dari pemikiran menjadi pemimpin agama. Siddharta ingin meninggalkan
kehidupan yang penuh kemewahan dan menjadi seorang petapa.[3] Sang pangeran Sidharta
telah menjadi Buddha. Sang Buddha kemudian membabarkan Dharma yang luhur kepada
semua makhluk, selama 45 tahun memutar roda dharma, membangkitkan kesadaran
spiritual dan membuka sabut kegelapan yang selama ini mencengkram menutupi alam
semesta.
Penganut
Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa, yaitu: Hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama
sebelum menjadi Buddha), Hari Pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama,
dan Hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana atau Nirwana. Hari Waisak juga
dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di
Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama
ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga
terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.
2. 2. Pengertian
WaisakatauWaisaka
(Pali; Sanskrit: Vaiśākha) merupakan hari suci agama Buddha. Hari
Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa
di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada
gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta. Di beberapa tempat disebut juga sebagai "Hari
Buddha".Budha berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata
Budha yang artinya adalah bangun atau mengetahui. Istilah kata Buddha dapat
diartikan dengan ia yang mengetahui atau
ia yang membangun.[4]
Dirayakan
dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3
(tiga) peristiwa penting, yaitu :
- Kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
- Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
- Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
Kelahiran
, pencerahan, dan kematian Buddha dipercayai bahwa semuanya terjadi pada hari
yang sama dalam Bulan Wesak (Mei sanpai Juni). Oleh sebab itu umat buddha
merayakan peristiwa ini pada hari Wesak.
Tiga
peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci
ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship
of Buddhists - WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Waisak
diperingati setiap Bulan penuh Taurus pertama, bulan Mei (tahun biasa), atau
bulan Juni (tahun Kabisat). Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di
bulan Mei dan
dilaksanakan dengan beberapa kegiatan yaitu: Meditasi, mempraktikkan delapan sila,
berdana, "memandikan" rupang bayi Pangeran Siddhartha. Waisak sendiri
adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuno.
Tanggal
dan makna setiap hari raya umat Buddha tergantung pada tradisi dan kebudayaan
masing-masing negara. Banyak hari raya untuk merayakan kehidupan pengajaran,
dan pencerahan Buddha. Hari raya lainya digunakan untuk merayakan para
Boddhisattva, guru-guru penting atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
sejarah umat Buddha. Sering kali di samping hari-hari raya umat Buddha ini ada
hari-hari nasional yang merayakan peristiwa yang berkaitan dengan pertanian.
Trisuci Waisak merupakan
sumber renungan yang tiada habisnya bagi umat Buddha (pencari hakiki
kebahagiaan). Waisak menjanjikan manusia bahwa kita semua bisa mengatasi roda
tumimbal lahir untuk meraih sebuah kebahagian tertinggi, kehidupan manusia ada
senang dan ada susah semua itu bersumber dari perbuatan sendiri. Dalam
tradisi Buddhis Mahayana, hari ini
berasal dari nama bahasa Sanskerta.
Waisak juga dikenal dengan :
- Buddha Purnima atau Buddha Jayanti di India, Bangladesh dan Nepal
- Hanamatsuri di Jepang,
- Seokka Tanshin-il (Hanja)di Korea,
- Mandarin: Fódàn, Kantonis: Fātdàahn di komunitas berbahasa Cina,
- Phật Đản di Vietnam,
- Saga Dawa (sa ga zla ba) di Tibet,
- Visak Bochéa di Khmer,
- Visakah Puja (atau Visakha Bucha) di Thai,
- Vixakha Bouxa di Laos,
- Vesak (Wesak) di Sri Lanka dan Malaysia.
Hari
Waisak juga dipercayai sebagai waktu ketika Buddha memberikan pengajaran tentang
Dharma pertama dan hari itu ditandai dengan perayaan yang penuh kegembiraan di
banyak negara Buddha. Banyak umat Buddha saling mengirimkan kartu Wesak, yang
dihiasi dengan bunga teratai sebagai lambang kesucian, atau gambar kelahiran,
pencerahan, atau kematian Buddha, atau mungkin juga pohon Budha.[5]
Untuk merayakan
Trisuci Waisak, biasanya umat Budha berkumpul dengan menyelenggarakan
upacara-upacara ritual di vihara-vihara. Acara sembahyang terdiri atas prosesi
mengelilingi tempat atau vihara (pradaksina),
pembacaan doa (paritarna, atau sutra),
perenungan kehidupan Budha. Bagi umat Budha, hari Trisuci Waisak sebenarnya
bukan sekedar ingatan historis tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk
mengingatkan perlu dan terbukanya kemungkinan bagi setiap umat manusia mencapai
penerangan sempurna, dan dengan demikian membebaskan dirinya dari belenggu
penderitaan yang mengikatnya dalam penderitaan.[6]
2. 3. Menurut Sumber Lain
a.Pemahaman
Budha
Bahasa
yang digunakan oleh agama budha kami adalah bahasa sansekerta, merupakan
kebaktian yang mengulangi Khotbah dari sang dewa Buddha. Kebaktian Buddha biasanya menggunakan patung yang
memiliki fungsi sebagai suatu kebiasaan dari umat agama Buddha dan simbol sebagai pemujaan kepada
dewa, serta menghormati kepada Buddha.Bentuk
Buddha di Vihara ini
cenderung mengikuti aliran Hailand.
Jenis
ibadah Buddha
yang membakar kertas hanyalah sebuah budaya, bukan dari agama Buddha sendiri. Ibadah yang dilakukan
menggunakan perlengkapan dan makna tersendiri, diantaranya:
·
KayuCendana
·
Dupa :
Melambangkan usia manusia yang semakin hari semakin pendek untuk mengingatkan
agar berbuat baik
·
Pelita :
Melambangkan penerangan hati di batin
·
Air :
Mengingatkan untuk rendah hati
·
Bunga :
Melambangkan tidak ada manusia yang kekal
Ajaran Budhis sudah
berkembang lebih dahulu. Hindu dan Budhis sangat berbeda. Budhis dibawah
tuntunan Ajisaha (india). Di Nusa kambangan abad 3-4 berkembanglah Sriwijaya
(Mataram Kuno), kemudian Majapahit masuk dan hilanglah kembali Budhis hilang di
budaya wilayah ini karena adanya ajaran muslim. Orang-orang Tiong-hoa ingin membuat Budhis berkembang
kembali sampai abad 60-an. Ada seorang Tiong-hoa yang tertarik dengan pemikiran Budhis
dari Thailand, dia pelajar Indonesia, dan mempelajari Budhis di Myanmar (tempat
dia di Tahbiskan menjadi Bikhu), dan dari situlah berkembangnya awalnya Budhis
di Indonesia. Perkembangan Buddha
di Sumatera Utara tidak terlepas dari jasa Bikhu Mahatera. Dia bikhu yang
dulunya keliling Sumut
untuk menyebarkan Buddha
Dharma. Tetapi pemerintah membatasi aktifitas yang dilakukan masyarakat Tiong-hoa, karena Budhis adalah ajaran berhala
di Sumut. Di
Sumatera Utara sendiri terdapat 7 Bikhu dengannama organisasi “Dharma Duta Missionaris”.
b. PemahamanWaisak
Waisak merupakan
salah satu dari 5 hari besar dari agama Budha. Empat yang lainnya adalah
Katina, Asada, Maya Puja dan Meta. Waisak berasal dari kata “Vesak” yang artinya “nama bulan”. Hari
raya Waisak ini merupakan hari raya yang memperingati 3 peristiwa penting dalam
Budha Utama:
·
Lahirnya Beliau
·
Pencapaian Budha
·
Wafat Beliau
Tiga peristiwa ini terjadi pada bukan yang
sama (waisak) yaitupada bulan purnama. Dasar-dasar itulah untuk
memperingatiperistiwa-peristiwa adanya waisak.Dalam memperingati hari raya waisak,
mereka merenungkan
apa yang dilakukan Buddha
Purnama tadi tetapi hubungan batin mereka kepadanya.
Hari
raya Waisak keberadaannya masih dibawah hari raya imlek, karena hari raya
waisak masih minoritas yang merayakannya. Tetapi walaupun hari raya waisak
minoritas masih tetap bertahan. Waisak lebih minoritas dari hari raya lain
dikarenakan adanya faktor ekonomi yang cukup rendah. Meskipun demikian mereka berusaha untuk meningkatkannya, dengancarasebagaiberikut:
·
Memberikan binaan
·
Melakukan koordinasi dengan majelis-majelis
Vihara P. Siantar, maka para pengurus ini akan memberikan pemahaman kepada
umatnya.
·
Membentuk wadah dengan cara mengadakan WAYUBI
(Persekutuan Umat Buddha
Indonesia)
·
Menampung aspirasi umat Budhis di Siantar.
·
Memberikan pemahaman
·
Kerja sama dengan para sangha (pengawal
dharma atau pembimbing umat).
·
Konsultasi dengan pemerintah kota dalam penyaluran dana untuk pembinaan aktivitas.
c.Ciri-Ciri Waisak
* Merayakannya
dengan menggambarkan model elektrik.
*Patung-patung untuk hiasan melambangkan
fungsikehidupan manusia.
*Waisak juga dilakukan dengan ciri
bersilaturahmi
atau datang bertemu sesama umat.
a. PengertianWaisak
Waisakmerupakantigaperistiwaataspribadi sang
budhasiddhartaGautama, dimanaharirayawaisakinimengenangtentangkelahiran sang Buddha,
Pencapaiankesempurnaan Buddha, danWafatnya Buddha. SebenarnyaintidariperayaanbulanwaisakinipadabulanmeisesuaidenganpenanggalanlunerataubulanBudha
(bahasasansekerta) waisakitutanggal 15 saatbulanpurnamabercahayayaitubulan 4.
Waisakini yang diketahuiadalahberbedatahuntapiterletak di tanggaldanbulan yang
sama. DenganinilahBudhamembuktikanbahwadiabukanlahbudha yang biasa.Harirayaini
yang diambildarikehidupanBudhadapatdisebutjugadengan “tri suci”. Sang Budhasendirimeninggalpadausia
80 tahun.
Dari
limaharirayabesar yang terdapatpada agama Budha, harirayawaisaklah yang
mendudukiurutanpertamadalampelaksanaannya, karenaumatBudhaharusmematuhiwaisakterlebihdahulusebagaicerminanharipribadiBudhadanharirayakebesaran
agama Budhasehinggadiutamakan.
b.
TujuandanFungsiWaisak
DalampelaksanaanharirayaWaisak,
umatBudhamemilikitujuandalammerayakannya.Tujuandanfungsidalampelaksanaanwaisakterbagimenjaditigamenurut“tri suci” Budha, diantaranya;
1. Kelahiran
·
MerujukpadaKelahiransidhartagautama.
Dimanasejarahnyadiamemiliki orang tua yang merupakanseorang raja. Saatituibundanyatidakmemilikiketurunandansuatusaatibunyabermimpiseekorgajah
yang memilikiempatgadingmasukkeperutnya. Artinyaibusidharta Gautama
akansegeramengandung.Dalamtradisi India kunobayiharuskembalikepihakperempuan,
danketikaibunyainginpulangkerumahnyasaatinginmelahirkan, diamelewatihutan yang disekitarnyaterdapat
7
kelopakbungaterataidanibunyaitumelahirkannyadalamposisiberdiridandiaberkatabahwainilahkelahiranpertamadanterakhirbaginya.
·
Mengingatkanmanusia
yang telahdatangpenuhdengandosa yang perludibersihkandenganhujan. Olehkarenaituselaludiadakanprosesipemandianhujan.
·
MengharuskanumatBudhauntukmenyucikandiriataukesucian.
·
Memohonhikmat
yang diambildariBudha.
2. MencapaiKesucian
·
MengingatkanakankegigihandankekuatanBudha.
Sehinggamanusia yang merayakanwaisakakanmendapatkekuatan. Kekuatan yang
dilakukan sang Budhaadalahmenahanlaparselama 6 tahundandiatidakmati demi
mencapaikesempurnaan.
·
Mendapatkeajaiban
yang dikenangdariperjuangan sang Budhaitusendiri.
·
Agar
mendapatbisikandariBudhauntukmendapatkekuatan
·
Mengingatkan
agar tidakmenjadi orang yang berfoya-foyadanmenyiksadirisendiri, sehinggamanusiasadardanberubahdiri.
·
MenemukanpribadiBudha.
Agar hidupumatnyaditempuhdengantidakmenyiksa, tidakmelakukankepuasaannafsu,
danhidupsederhana.
3. Wafatnya sang Budha
·
Agar
menjadiumat yang penuhpengabdiandanberkaryabagiseluruhmanusia.
·
Supayatidaksombongkarenahidupinihanyasementara.
·
Memilikipemahamanbahwahidupinitidakkekal,
namunhanyabersifatsementara.
·
Berbuatsebaik-baiknya
yang didasaridengankemuliaanketikadilakukandengankasihdankearifansejati.
UmatBudhadalammelaksanakanwaisakharusmengikutiprosesipemandianBudha,
danmenggunakan symbol cahaya,
sertadilengkapidenganpembacaandoa-doa.Simbol-simbol yang
digunakansebagianmelambangkansuatukelimpahan.
3. Perkembangan Waisak
Masuknya
agama Budha ke Indonesia diperkirakan pada tahun 68 M oleh Ajisakan melalui
Laut Selatan ke pulau Majeti di sekitar Nusa Kambangan lalu meluas hingga ke
daerah Kedo Utara dan Pegunungan Dieng.[9]
Waisak didalam agama Budha yang hidup dan berkembang memiliki peranan penting
dalam kehidupan masyarakat. Waisak sendiri menekankan kesalehan hidup sehingga
umat Budha lebih memilih hidup rukun ditengah-tengah
masyarakat.
Perayaan
Hari Waisak di Indonesia mengikuti
keputusan WFB. Secara tradisional dipusatkan secara nasional di komplek Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.Suatu
ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu atau bhiksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan. Penentuan bulan purnama ini adalah
berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang
hari. Selain itu juga dilakukan pula pradaksina, pawai, serta acara kesenian.
Ajaran
tentang Budha menekankan bagaimana umat Budha memandang sang Buddha Gautama
sebagai pendiri agama Buddha, namun pada perkembangan selanjutnya ajaran
tentang Buddha ini berkaitan pula dengan masalah ketuhanan yang menjadi salah
satu ciri ajaran tiap-tiap agama.[10]Sekalipun pada awal mula
munculnya agama Budha tidak pernah membicarakan tentang masalah ketuhanan sebagai
inti dari ajaran agama Buddha, pada akhirnya ajaran Buddha ditujukan kepada Yang Maha Kuasa.[11]
4. Tanggapan Kelompok
Sesuai dengan penjelasan yang ada diatas,
maka tanggapan yang diberikan kelompok kami adalah Waisak mengajarkan bahwa
jika kita ingin mencapai kebahagian tertinggi, kita harus memulai dari
pencerahan. Kita harus membuat batin kita menjadi kaya, batin yang mau memberi
dan menerima serta menyatu dalam Pencerahan Waisak. Waisak sendiri tidak
membuat umat Budha menjadi fanatik terhadap hari raya tiap-tiap agama.
Dengan membaca konsep ke-Tuhanan Yang Maha
Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah
berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.
Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih
banyak umat Buddha yang menggabungkan konsep ke-Tuhanan menurut agama Buddha
dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha
yang menganggap bahwa konsep ke-Tuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan
konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Pada awalnya hari
raya waisak ini adalah hari raya dimana para umat Budha memperingati kelahiran
sidharta (sang Budha), Pencapaian
penerangan sempurna, sampai wafatnya.
Dalam merayakan Trisuci Waisak,
biasanya umat Budha berkumpul dengan menyelenggarakan upacara-upacara ritual di
vihara. Acara sembahyangnya
terdiri atas prosesi mengelilingi tempat atau vihara, pembacaan doa, perenungan
kehidupan Budha.Bagi umat Budha, hari Trisuci Waisak digunakan untuk
mengingatkan perlu dan terbukanya kemungkinan bagi setiap umat manusia mencapai
penerangan sempurna, dan dengan demikian membebaskan dirinya dari belenggu
penderitaan yang mengikatnya dalam penderitaan.
Ajaran tentang Budha menekankan
bagaimana umat Budha memandang sang Budha Gautama sebagai pendiri agama Budha,
namun pada perkembangan yang selanjutnya ajaran tentang Budha ini berkaitan pula
dengan masalah ketuhanan, yang menjadi salah satu ciri ajaran tiap-tiap agama.
[1]Lih.Mikhael Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta 2006: hlm. 8.(selanjutnyadisingkat
Agama Dunia)
[7]Lih.Rejono, Wawancara di Vihara Samiddha Bhagya,
P. Siantar, 04 Maret 2012. Pukul 10.00-13.00 WIB.
[8]Lih.Suwardi,
Wawancara
di Vihara
Budha Maitreya, P. Siantar, 07 Maret 2013, Pukul 19.00-21.30 WIB.
[9]Lih.Syahrin Harahap, Sejarah Agama-agama: Sejarah, Ajaran dan Perkembangan, PT Pustaka
Widyasarana, Medan 199:
hlm. 158.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar